Jumat, 02 Maret 2012

Jembatan Berdarah !!!

Jembatan Berdarah !!!


?? Terhitung satu bulan vakum dalam memposting cerita, rasanya rindu ngeshare cerita lagi..

Kali ini saya akan menceritakan tentang sebuah daerah di Gresik, Jawa Timur. Tentang sebuah mistik yang dulu sempat membuat warga di daerah saya menjadi paranoid. Silahkan membaca ya.

Saya lahir di sebuah rumah sakit swasta di kota Solo yang sebagian orang menyebutnya dengan kota Surakarta, Jawa Tengah. Ayah saya bekerja di salah satu pabrik besar di kota Gresik, jadi mau tak mau kami sekeluarga pindah di Gresik. Ketika pindah umur saya baru menginjak 7 tahun.

Jalan menuju perumahan kami ada 2, yang pertama melewati pemakaman Sunan Giri (apabila lewat jalan ini, jarak menjadi lebih jauh/memutar) sedangkan jalan kedua melewati sebuah jembatan yang menyebrangi jalan TOL Surabaya-Lamongan. Akan tetapi pada waktu itu, tidak ada satupun orang yang berani melewati jalan ini ketika malam hari karena orang yang melewati jembatan ini selalu dirampok dan dibunuh dengan cara mutilasi. Karena reputasi jembatan itulah orang-orang memilih jalan memutar daripada kehilangan nyawa.

Namun lambat laun perampok yang sering merampok dan memutilasi korbannya ini tidak lagi beroperasi (entah sudah ditangkap polisi atau sudah dipanggil Ilahi, tidak ada yang tahu) maka orang-orang sudah mulai berani melewati jalan ini.

Jalan yang sudah sepenuhnya aman dari rampok sadis ternyata tetap tidak aman. Setidaknya dari makhluk halus. Sudah banyak cerita tentang makhluk halus disana. Wujudnya bukan berupa genderuwo, pocong, kuntilanak maupun suster ngesot tapi berwujud potongan tubuh manusia seperti kepala menggelinding, tangan yang sedang menyebrang jalan, kaki yang berjalan sendiri, dsb..

Salah satu kakaknya temanku pernah mengalaminya.. Sebut saja dengan si A..

Ketika itu malam Minggu. Si A bersiap pergi ke rumah pacarnya yang kebetulan berada di desa di seberang jembatan itu. Ketika berangkat, si A tidak mengalami kejadian aneh karena melewati jalan yang memutar. Semua berjalan normal. Namun hal berbeda terjadi ketika si A pulang kembali ke rumah..

Karena malam begitu larut ditambah si A yang tiba-tiba sakit perut maka si A memutuskan untuk melewati jembatan tersebut. Padahal si A telah diingatkan oleh pacarnya agar jangan lewat jembatan itu tapi karena perut yang susah diajak kompromi maka dengan modal "Bismillah" si A pulang.

Sesampainya di atas jembatan, si A berhenti. Bukan karena mogok, kehabisan bensin, dihadang preman atau apa, si A berhenti karena dihadang tangan yang berjalan. Tangan tersebut berjumlah 6 yang sedang berjalan "ngesot" menuju ke seberang jalan..

Mungkin karena perut si A sudah terlanjur mulas, tanpa pikir panjang diraihnya tangan yang berjalan itu dan diseberangkan ke seberang jalan. Setelah itu si A pulang.

Untungnya sekarang ini jembatan tersebut telah ramai dilalui orang dan tidak ada keganjilan lagi. Semoga..


Itulah cerita saya. Mohon maaf jika para pembaca sekalian karena cerita ini tidak seseram cerita yang telah lalu. Disini saya hanya pengguna yang ingin share cerita saja. Bagi yang komen, apabila invin mengkritisi tulisan dan cerita saya serta memberikan saran, saya persilahkan. Tulis kata-kata anda dengan bahasa dan kalimat yang indah untuk dibaca.

http://cerita-misteri.reunion.web.id/2012/02/penunggu-perpustakaan-bagian-1.html


Kesialan Satpam Kompleks

Kesialan Satpam Kompleks

Salam kenal semua... saya sering baca cerita di blog ini, jadi saya mau ikut menyumbangkan kejadian nyata yang pernah saya alami. Nama saya Kyoko, saya adalah anak yang bisa melihat sosok makhluk lain. Kisah ini terjadi sekitar tahun 2005 lalu.

Rumah saya berada di daerah Kalimantan tepatnya di Pontianak. Disekitar rumah saya keadaannya sangat sepi. Spesifikasinya dari sederetan rumah yang ditinggali hanya 4 rumah dari 7 rumah yang ada. Didepan rumah masih tanah kosong yang tidak terurus dan disebelah tanah kosong tersebut terdapat rumah yang sudah lama kosong dan di halamannya ada sebatang pohon beringin.

Ceritanya pada suatu malam saya terbangun pada jam 1:15 karena mau kekamar kecil. Habis dari kamar kecil saya mau kembali ke kamar, namun pada saat itu saya mendengar suara wanita menangis. Saya lalu iseng mengintip lewat kaca jendela (kamar saya dilantai 2). Ketika melihat didepan pagar rumah kosong tersebut ada seorang wanita sedang jongkok sambil menundukkan kepala.

Lalu dari arah tanah kosong ada satpam yang jalan meronda sendiri, dia sepertinya bisa melihat wanita tersebut. Dari yang saya perhatikan dia nyamperin ketempat wanita itu. Ketika sampai disana saya melihat dia langsung putar arah dan lari terbirit-birit, lalu muncul suara khas miss kunti. Ketika mendengar suara tersebut saya putuskan untuk kembali tidur.

Demikian kisah dari saya, maaf kalau tidak menakutkan. Mohon dimaklumi karena ini pertama kalinya saya menulis pengalaman saya.
Thanx.. ^^

Penunggu Perpustakaan –

Penunggu Perpustakaan –

Published under ,
Hai, namaku Chandra. Aku cewek loh, banyak yang mengira aku cowok karena namaku ==". Aku baru pertama kali nih kirim cerita ke sini, jadi maaf kalau ceritanya aneh dan kurang serem. Oh ya, untuk nama kampus dan fakultas aku rahasiain.

Pengalaman ini aku alami Bulan November 2011 lalu. Waktu itu cuaca mendung, waktu telah menunjukkan pukul 17.15. Aku menghela nafas sejenak, tak ada keinginan sedikit pun untuk pulang. Aku masih meringkuk di sofa besar di lobby fakultasku. Sesekali kulirik temanku yang duduk di sebelahku, Adi, yang sibuk berkutat dengan laptopnya.

"Masih berapa lama lagi download bukunya, Di?" tanyaku pada Adi. Adi menoleh. "Lagi sepuluh menit aja. Sabar, ntar aku copyin dah." ucapnya, tersenyum. Aku tersenyum tipis lalu kembali menyandarkan tubuhku ke sofa. Cuaca mendung membuat suasana menjadi gelap. Terlihat penjaga Lobby mulai berjalan dan menghidupkan lampu satu persatu. Aku mengernyitkan alisku, yang tersisa di fakultas ini hanya kami bertiga, aku, Adi, dan Pak Komang (penjaga lobby).

Entah hanya perasaanku atau bagaimana, suasana berubah menjadi lebih dingin. Di sini memang ada AC, namun suasana beberapa menit yang lalu jauh lebih hangat dan tak ada satupun dari kami bertiga yang beranjak untuk merubah suhu AC sejak tadi. "Chan," Adi tiba-tiba berdiri. "Tolong jaga laptopku, aku mau ke belakang sebentar," ucapnya lalu bergegas meninggalkanku.

Untuk menghilangkan kebosanan dan kepenatan di tengah hiruk pikuk Kota Denpasar ini aku mulai memainkan laptop Adi. Zrashh!! Tiba-tiba angin dingin melintas di leherku. Aku terdiam. Oh, tidak! Jangan bangkit sekarang. Jangan katakan sixth sense-ku bekerja di saat yang tidak tepat seperti ini. Dengan perlahan kuangkat kepalaku, melirik Pak Komang. Dia terlihat sibuk dengan komputernya di sebelah Timur. Kuedarkan lagi pandanganku. Tepat pada tangga di pojok ruangan pengelihatanku terhenti. Aku terdiam, sosok bayangan putih yang tengah berdiri di sana membuatku tak bisa berkutik.

Cklek! Suara pintu kamar mandi yang dibuka Adi membuatku sadar. Adi mendekat ke arahku dengan kedua alis bertaut. "Kok mukamu pucat, Chan?". "Ahh..., AC-nya dingin cii!" jawabku berbohong. Adi tertawa kecil. Dia duduk di sebelahku dan kembali dengan laptopnya. "Udah selesai. mana flashdiskmu? Sini aku copyin!".

Aku menyerahkan flashdiskku, berusaha terlihat biasa saja. Aku kembali melihat ke arah tangga. Sosok itu telah raib. Adi berdiri begitu selesai dengan flashdiskku. Ia terperanjat. Di bekas sofa yang ia duduki terdapat air yang membentuk bercak. "Kok bisa ada air di sini, Chan?". "Hah?" aku terkejut. Adi meraba bagian celana di pantatnya. "Celanaku nggak basah!" serunya, semakin heran. Ia kemudian berjongkok dan menyentuh air itu dengan ujung jarinya. Ia menciumnya. "Kesat dan nggak berbau." komentarnya.

Zrashh.. hawa dingin itu muncul lagi. Aku tidak suka dengan keadaan ini. Aku mulai menghentak-hentakkan kakiku, ingin cepat-cepat pergi dari sini. "Di, diemin, deh! Pulang, yuk. udah mau malem!" aku menarik lengannya. Adi berdiri, tampaknya menyadari kegelisahanku. Ia memulai mengemas barang-barangnya. Tak sengaja aku menoleh ke arah kiri, kearah perpustakaan. Oh gosh! Sosok itu terlihat jelas. Sepasang mata hitam pekat yang sebagian tertutup rambut usang. Dari bagian hidung ke bawah tak terlihat karena tertutup rak buku. Mata itu melengkung perlahan seolah bibirnya yang tak terlihat olehku sedang tersenyum.

Tubuhku mendadak lemas, namun aku berusaha untuk tak teriak. Sekilas Adi melihat arah pandangku. Wajahnya berubah tegang seolah melihat hal yang sama denganku. Menyadari wajahku yang pucat tanpa mengucapkan apa-apa lagi dia segera menarikku ke luar fakultas untuk pulang.


Masih penasaran siapa penunggu itu? Nanti lihat di bagian 2, yah.. sekali lagi maaf kalau ceritanya aneh
 
 http://cerita-misteri.reunion.web.id/2012/02/penunggu-perpustakaan-bagian-1.html
.